Antisipasi Hoax: Literasi Informasi Melalui
Sinergi Triangulasi
Pemberitaan
palsu (hoax) adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat
seolah-olah benar adanya (Wikipedia, 2017).
Adanya
ketimpangan antara informasi yang diterima dengan keadaan senyatanya dimana
ketimpangan tersebut seolah-olah menjadi sebuah kebenaran merupakan hoax.
Ketidaksetimbangan yang terjadi pada penerimaan informasi dari sumber
tidak dipercaya berdampak pada pembentukan persepsi keliru pada persuader.
Kekeliruan ini berakibat bias sektoral dan lebih buruk terjadi pada
terganggunya proses transformasi informasi. Sekian banyak berita bertebaran
mendulang kepercayaan publik dengan bungkus retorika mengaburkan kejelasan
makna. Simpul informasi yang simpang siur mempererat jerat ketidakjelasan
kenyataan. Hoax merajut opini imajiner pembaca di lain sisi melambungkan
persepsi buatan penyebarnya. Diperlukan kemampuan untuk mendeteksi hoax bagi
masyarakat awam pada umumnya serta masyarakat berpendidikan pada khususnya.
Mengapa ini menjadi urgensi stakeholder informasi? Tanpa ada kejelasan makna,
kita akan diajak berkubang dalam imajinasi yang tak bertepi.
Ketimpangan antara informasi yang diterima dan
keadaan senyatanya (hoax) dapat diidentifikasi dengan kemampuan memahami literasi
informasi melalui triangulasi sumber yang dapat dipercaya. Klarifikasi langsung
dengan pelaku menjadi solusi pertama dalam mengidentifikasi hoax. Informasi
yang beredar seringkali kabur terlalu jauh dari penutur pelaku asli.
Klarifikasi langsung akan memperjelas posisi informasi yang sebenarnya.
Informasi saksi kunci merupakan alternatif kedua dalam mengidentifikasi hoax.
Saksi kunci mendapatkan informasi jauh lebih detail dibandingkan dengan
penonton berita yang bahkan tidak tahu dimana letak duduk permasalahnnya.
Membiasakan membaca sumber terpercaya memperjelas bentuk dari hoax itu sendiri.
Sekian banyak sumber yang tidak jelas menjadi pabrik informasi abu-abu yang
menyesatkan pencari informasi. Dengan kemampuan literasi yang diperoleh dari
sumber terpercaya, pencari informasi akan lebih mudah membedakan antara hoax
dan kenyataan.
Hoax tidak hanya sekedar bahaya laten, namun
sudah menjadi bahaya nyata yang perlu ditindak sebelum hoax membesar
mendistorsi fakta sehingga bermuara pada kegaduhan publik. Memakan
mentah-mentah hoax tanpa filter berdampak pada rusaknya tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara apabila hoax tersebut berkaitan dengan isu politik,
ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Dampak dari hoax itu sendiri akan
menyerupai efek domino dimana ada kaitan antara bidang yang satu dengan bidang
yang lain. Hoax mampu mengubah tatanan yang statis menjadi bola liar tak
terkendali. Individu awam yang kurang memahami keberadaan hoax mudah terseret
arus tanpa menyadari bahwa dirinya berada dalam pengendalian hoax. Gerakan di
luar kendali berakibat pada kurang matangnya perhitungan mana yang seharusnya
dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Dalam kungkungan tanpa control inilah
pengabaian regulasi sering dilakukan untuk sekedar menuruti nafsu yang
dikendalikan oleh hoax.
Langkah awal mengantisipasi hoax dimulai dari
diri sendiri beserta orang-orang terdekat. Siswa, keluarga, dan kolega menjadi
objek terdekat yang perlu diedukasi mengenai hoax beserta bahaya dibelakangnya.
Orang-orang terdekat ini diharapkan dapat mengimbaskan kembali kepada orang
lain di sekitar mereka, sehingga program edukasi hoax dapat didiseminasikan
tanpa kita harus turun tangan langsung pada daerah yang terlalu jauh dari
jangkauan. Konsep MLM dapat diadopsi dengan modifikasi bentuk imbalan bagi
jaringan, dari bentuk promosi dan orientasi uang menjadi tingkatan yang lebih
tinggi, yaitu rasa nyaman dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tanpa
terganggu dengan hoax.
Siswa dikenalkan sedari awal mengenai
kecerdasan dalam mengklarifikasi langsung terhadap sumber Informasi. Perlu
ditekankan pada siswa agar jangan dibiasakan menyebarkan berita sebelum
melakukan klarifikasi dengan sumber berita. Klarifikasi ini penting sebagai
upaya penangkal hoax. Pemahaman siswa akan melek informasi memudahkan guru
mengarahkan siswa serta siswa tidak mengalami kesulitan ketika harus
beradaptasi dengan pola hidup baru, di mana segudang informasi sangat mudah
didapatkan terlepas dari info kredibel atau tidak.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
melakukan klarifikasi langsung dengan pelaku. Menghubungi langsung melalui
jaringan pribadi akan memudahkan kita mendapatkan informasi yang lebih dapat dipertanggungjawabkan
daripada kita berasumsi dengan logika sendiri. Terlalu beresiko apabila kita
mengedepankan ego sektoral, tanpa kita sadari, kita akan tersesat dalam logika
kita sendiri. Apabila tidak ada respon, kita dapat mencoba untuk mencari
perantara orang yang dipercaya untuk memediasi kita dengan pelaku. Hal ini akan
banyak membantu kita mendapatkan informasi yang valid dan kredibel.
Pentingnya informasi dari saksi kunci sangat
membantu siswa dan keluarga memahami bagaimana bentuk dan kemunculan hoax. Saksi
kunci merupakan orang yang sangat memahami suatu kasus melebihi orang lain. Ketika
mendengar sebuah berita, investigasi awal dilakukan dengan mentelaah sumber,
penulis berita, serta isi dari berita tersebut. Dari investigasi awal akan
diketahui, hasil analisa kualitas tulisan serta kredibilitas sumber informasi.
Setidaknya, informasi dari saksi kunci akan banyak membantu dalam mengambil
sebuah keputusan antara berbagi informasi dan menyimpan informasi untuk diri
sendiri.
Beberapa
metode yang digunakan untuk mendapatkan saksi kunci dapat menyitir pendapat Nukman
Lutfi (dalam Kominfo, 2017) yaitu: (1) budaya literasi pada masyarakat, (2)
menggandeng orang-orang aktif dimedia sosial yang berseberangan dan (3)
pembekalan terhadap humas pemerintan mengenai kehidupan media sosial.
Mengembangkan
budaya literasi dalam masyarakat akan meningkatkan kemampuan memahami situasi
sehingga memunculkan banyak saksi kunci sebagai imbas dari melek informasi dari
kegiatan literasi. Orang yang aktif di media sosial dapat dijadikan sebagai
saksi kunci dengan beberapa kriteria, salah satunya jumlah dan bobot tulisan
yang diproduksi serta sumber yang digunakan sebagai referensi. Pembekalan
terhadap humas pemerintah akan menambah akurasi simpulan yang dihasilkan oleh
aparatur pemerintah sebagai punggawa keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Mencari informasi pada sumber yang tepat perlu
dibiasakan sebagai sarana penangkal hoax. Dari sumber terpercaya diperoleh
berita yang dapat dipertanggungjawabkan. Sumber terpercaya juga menjanjikan
validitas informasi yang tinggi. Siswa diarahkan mencari sumber yang dapat
dipercaya untuk konsumsi pribadi maupun niat untuk berbagi informasi dengan
orang lain. Hal ini dipicu banyaknya informasi yang simpang siur sehingga
menjadikan kebenaran saling tumpang tindih dengan fakta palsu.
Sebelum saya membaca literatur kesehatan perlunya
bayi dibedong agar merasa nyaman dan tidak kedinginan, saya mendapatkan
informasi bahwa bayi yang tidak dibedong akan membuat kaki bayi tersebut
bengkok serta tumbuh tidak normal. Seiring berjalannya waktu, kesadaran
menambah kemampuan literasi, serta bertambahnya motivasi untuk meningkatkan
kompetensi saya memahami bahwa dibedongnya bayi lebih Karena bertujuan untuk
menjaga suhu tubuh bayi serta melindunginya dari udara yang dingin.
Akhirnya, kesadaran meningkatkan kemampuan literasi
dan motivasi meningkatkan kompetensi diri menjadi urgensi generasi saat ini
agar tidak terombang-ambing oleh berita yang belum jelas. Diakui ataupun tidak,
berita abu-abu akan memudahkan oknum yang tidak bertanggungjawab memperkeruh
situasi yang mungkin akan berdampak buruk pada lingkungan sekitar.
Daftar Pustaka
Wikipedia.
2017. Pemberitaan Palsu. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/
pemberitaan _palsu pada 30 Oktober 2017
Kominfo.
2017. Antisipasi Hoax, Pemerintah Petakan Masalah
Komunikasi. Diakses dari https://kominfo.go.id/content/detail/8709/antisipasi-hoax-pemerintah-petakan-masalah-komunikasi/0/berita_satker
pada 30 Oktober 2017
0 komentar:
Posting Komentar